Bocah Lincah, Mengusik Jiwa

Minggu Sore, 4 Maret 2024 saya berkunjung ke Rumah Bahagia Pasien Yayasan Kesehatan Kanker Indonesia (RBP YKKI) yang terletak di perumahan dosen Unhas Makassar. Seperti biasa, sampai disana bincang – bincang dengan pasien dan keluarga pasien. Obrolan mengalir begitu saja. Mereka asik bercerita bagaimana berjuang melawan kanker. Mendengar cerita mereka seperti asik – asik aja. Tidak ada beban. Padahal luar biasa pengorbanannya mengahadapi “makhluk” yang bernama kanker ini. Terkadang ceritanya lucu, terkadang sedih. Tapi sepertinya mereka menikmati saja. Mengalir saja dalam menghadapi ujian hidup. Tanpa mengeluh.

Tengah asik mengobrol, mata saya tertuju kepada bocah yang lincah yang sedang asik bermain hp dan bercanda dengan salah satu pasien di RBP. Saya tanyakan, “ini siapa” ? awalnya dugaan saya dia salah satu keluarga pasien yang menemani orang tua nya berobat di Makassar. Ternyata dia adalah salah satu pasien. Sudah 4 tahun setiap minggunya selalu melakukan transfusi darah. Dia Nur Santi, asal Parigi Sulawesi Tengah. Berusia 8 tahun, setengah usianya menghadapi penyakit unik. Tapi, kelihatan sehat. Ceria seperti anak umumnya. Jika ketemu diluar mungkin tidak diduga bahwa anak ini sedang sakit parah.

Selama 4 tahun, belum ditemukan secara pasti penyakitnya apa. setelah beberapa minggu dirawat di RS. Wahidin ternyata dia terdapat tumor di perut nya. Tumor inilah yang menghisap darah anak lincah ini. Tumor inilah yang menyebabkan dia selalu harus melakukan transfusi darah, selama 4 tahun ini. Anak yang kuat, seolah-olah tidak ada beban, tidak ada penyakit.

Hadirnya Santi ini membuat suasana RBP menjadi ceria. Dia udah akrab aja dengan pasien dan keluarga pasien disana. Dengan keceriannya, mereka merasa terhibur dengan keceriaan anak lincah ini. Seolah-olah pasien disana udah seperti orang tua nya aja. Gak malu – malu lagi, gak segan – segan lagi. Tapi mereka senang. Anak hebat. Semoga anak ini mampu melawan penyakitnya, bisa tumbuh seperti anak – anak lainnya. Bermain, menempuh pendidikan secara normal. Syukur – syukur memiliki masa depan yang cerah, menjadi dokter dan menolong pasien – pasien yang membutuhkan. Ajib benar, perjalanan hidup nya. Apakah mungkin ? Wallahualam. Kita doakan saja.

Dua hari setelah bertemu santi di RBP, mendapat kabar bahwa dia sudah diizinkan pulang oleh dokter. Luar biasa senang teman – teman mendengar kabar baiknya. Walaupun suasana RBP bakal kaku lagi, ditinggal santi. Sebelum pulang, kami undang santi dan keluarganya untuk bincang – bincang terkait perjalanan dia melawan kanker. Ternyata mereka datang ke Makassar ini dibantu oleh para nelayan, Baznas dan masyarakat luwu banggai. Karena memang dokter mengahruskan dia berangkat ke Makassar. Tidak ada pilihan. Untung saja banyak orang baik.

Satu bulan lebih di Makassar, ternyata uang nya sudah habis. Hanya tersisa Rp 160.000,. Panik sudah. Di kampung orang, dalam keadaan proses pengobatan. Uang habis. Bertahan sulit, pulang tidak bisa. Dengan mata berkaca-kaca dia bilang, untung sore nya saya dapat kabar bahwa ada rumah singgah pasien yang masih kosong. Seperti lapang sekali dada ini, katanya. Walaupun uang tinggal seadanya, tetapi rumah singgah ini telah memberikan tempat tinggal, makan yang cukup dan transportasi selama proses pengobatan. Ini malah lebih dari uang, katanya. Kami pun yang mendengarnya, merasa senang aja. Ternyata yang kami dikerjakan ini, kelihatan biasa bagi yang sehat tetapi sangat terasa bagi yang membutuhkan.

Apakah Santi ini sendirian ? Sepertinya tidak. Masih banyak santi – santi lain diluar sana, dengan cerita yang berbeda. Apakah kita layak untuk Diam ? akan kita perjuangkan melalui asrama kanker ini.

Deni Hendra, SE, MM, CWC
Ketua Umum YKKI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Posts
Ikuti Kami